Friday, December 7, 2018

Sistem Pendidikan Sekarang

Hi guys, sehat semua kan...?? Semoga kalian semua sehat dan baik2 saja. Apalagi sekarang kita sudah menghadap ke penghujung tahun, seperti yang telah kita ketahui. Penghujung tahun merupakan tahun penuh dilema karena kita harus mengevaluasi diri kita untuk menghadapi tantangan di tahun berikutnya ( kalau yang ini biasanya untuk orang tua ) nah kalau untuk para pelajar pada umumnya akan disibukan dengan ujian semester pertama.



Berbicara soal semester, biasanya kita akan merasa tegang jika kita tak punya kesiapan diri baik secara fisik maupun mental. Maka dari itu, mau tak mau kita akan memaksakan diri dalam menghadapi ujian semester. Dalam hal memaksa, kadang kita mendorong terlalu jauh dan keluar dari zona nyaman kita. Dari yang dulunya malas jadi rajin, dari yang dulunya tidak pernah begadang jadi suka begadang, dari yang dulunya suka terlambat akan membiasakan diri untuk bangun lebih pagi, dan dari yang dulunya suka main keluar rumah tiba2 jadi anak rumahan.

Yep, everything has changed only for stupid paper. Dari sini kita sudah menemukan masalah bahwa ujian bisa menjadi beban baik sadar maupun tidak, ujian adalah tekanan paling umum bagi pelajar. Saya akan kembali mencoba untuk mengajak kalian semua agar menjadi pelajar yang berakal dan bukan pelajar yang diperbudak baik oleh diri sendiri maupun peraturan yang ada.

Maksud dari kata " budak " yang saya sebutkan tadi itu mempunyai arti ganda yaitu : pertama : kita terlalu terpaku pada tatanan budaya dan kebiasaan kita dalam belajar dan : kedua : kita tidak punya konsep dan tujuan dalam arti belajar yang sebenarnya. Beberapa Minggu yang lalu saya pernah membuat postingan cara mengatasi masalah dalam hal belajar dan mengajar, dan kali ini saya akan melanjutkannya agar kita tidak menjadi sarjana bodoh.

Kita mulai dengan arti pertama yaitu : kita terlalu terpaku pada tatanan budaya dan kebiasaan dalam belajar : pada point ini saya akan mulai dengan kalimat " Wajib Belajar 12 Tahun ". Wajib belajar 12 tahun....?? Menurut saya kalimat ini memang bagus tapi kurang tepat bila dimasukan kedalam motivasi atau dorongan agar kita bisa sejajar dengan yang lainnya. Alasan saya berani mengakatakan kalimat " Wajib Belajar 12 tahun " itu salah, itu karena saya punya pertanyaan. Dan pertanyaan saya adalah " cara belajar yang digunakan itu seperti apa...?? " karena kalau cara belajarnya kurang tepat, 12 tahun duduk di bangku sekolah itu akan sia2 "

Ya, sekolah 12 tahun. Tapi dalam pikiran kita menganut paham sekolah itu yang penting lulus supaya sederajat dengan yang lainnya. Kalau sudah begini kan sudah kacau, jam belajar ditambah, tapi isinya teori semua. Bisa atau tidak itu bukan masalah yang penting mengikuti, dari yang saya tahu di daerah saya kegiatan belajar mengajar sudah ditambah. SD dari 07:15-12:30, SMP dari 07:15-13:30, dan SMA dari 07:15-15:30.

Dilihat dari data yang saya sebutkan diatas, pada umumnya mereka belajar 5-8 jam lebih sehari dan itu hukumnya wajib. Perlu diingat, kata " wajib " setara dengan " memaksa " dan segala sesuatu yang dipaksakan itu kebanyakan tidak berjalan dengan baik. 8 jam kita belajar dan isinya teori semua, dalam sehari kita dipaksa memakan 3-4 materi berbeda, bisa atau tidak bukan masalah yang penting mengikuti. Apa hal itu sudah sesuai dengan kebutuhan kita...?? Saya tidak akan menjawab salah, tapi saya akan tegaskan kalau hal itu kurang tepat. Teori dan praktik itu berbeda. Teori hanya membantu meningkatkan pengetahuan, tapi praktik adalah hal yang dapat membuktikan kalau kamu itu pintar.

12 jam belajar teori juga tidak jauh lebih baik dari 12 menit melakukan praktik. Jika belum yakin dengan kalimat saya, mari kita ambil contoh sederhana seperti " naik sepeda " tidak peduli seberapa pintar dan besarnya nilai kamu disekolah, kalau kamu belum mencoba untuk belajar menaiki sepeda secara langsung ya kamu tidak akan mampu melakukannya. Bahkan jika kamu paham semua teori2 yang berkaitan dengan cara kerja sepeda seperti teori gyroskopik,geometri, dan hukum Newton, semuanya dipelajari dan diterapkan secara bertahap. Tapi, kalau kamu cuma memahami teorinya saja saya bisa pastikan ketika kamu mulai menaiki sepeda, maka kamu pasti akan jatuh juga karena kamu baru pertama kali melakukannya jadi sebuah kewajaran apabila kamu tidak mengetahui realitanya.

Pemahaman seperti inilah yang perlu dikembangkan karena pada umumnya sekolah2 yang ada disekitar itu bersifat memaksa. Ditambah orang tua kita juga sering bersikap tidak peduli pada kesulitan kita, contohnya ketika pulang sekolah kita pasti istirahat, main hp, nonton tv, atau sekedar tiduran di sofa untuk menikmati waktu luang. Yang namanya lagi bersantai enak dong...?? Lelah dan kadar stress bisa berkurang. Tapi, saat orang tua kita datang. Kegembiraan itu bisa berkurang karena tiba2 orang tua kita berkata dengan nada agak keras " makan dulu sana, main hp mulu. Kapan belajarnya...?? Pantes nilai kamu turun, kebanyakan main hp sih " pada saat2 seperti itu kadang saya ingin berteriak " 8 jam disekolah emang ngapain...?? Ngamen...?? Dugem...?? Kan disekolah emang gada yang bisa dilakuin selain belajar ".

Kalimat tadi sering saya dengar dari orang tua teman2 saya, dan orang tua saya juga termasuk orang yang bisa dibilang menganut paham yang sama. Papa saya pernah bilang ke saya " tidak peduli seberapa pintarnya kamu, kalau tidak ada bukti ya tidak akan ada yang percaya. Dan ijazah itu adalah bukti yang bisa kamu gunakan untuk membuat masyarakat percaya " dalam hal itu saya kurang setuju dengan papa saya karena disisi lain papa juga pernah bilang " kebahagian itu jarang ditemui pada orang pintar karena apa yang mereka pelajari tidak sesuai dengan kenyataan dan kenyataan itu jauh berbeda dari apa yang mereka harapkan " kedua kalimat tadi sangat bertolak belakang dan pada saat pertama kali mendengarnya saya bingung, tapi saya anggap itu ujian karena orang tua saya memang suka menguji saya dengan melihat realita tanpa mempedulikan baik buruknya, dan itu yang saya suka dari mereka karena mereka bisa memberikan contoh nyata yang tidak bisa saya dapat dari sekolah.

Intinya belajar itu harus nyaman, pada postingan sebelumnya saya sudah mengingatkan baik murid, guru, dan orang tua harus bisa menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan jangan mendikte siswa hanya karena kita ingin melihat anak kita mendapat nilai yang sempurna karena itu dapat membuat kita bangga. Ya, kalau semua aspek kehidupan hanya ditentukan oleh nilai. Bagaimana bisa kita berani berpikir kalau kita mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik...?? Mau kerja saja sudah ditanya lulusan mana...?? Nilainya berapa...?? Kalau tidak sesuai tidak diterima, padahal kerjanya cuma mengemas Roti. Lah itu kan lucu, alasan kenapa pengangguran semakin banyak itu karena tingkat pendidikan kita rendah, tapi masyarakat kita terlalu mengagungkan nilai. Nilai lebih penting daripada potensi, saya bertanya pada adik saya soal pelajaran " dek, sekolah kamu gimana...?? Udah sampai mana...?? " adik saya menjawab " MTK makin sulit, udah sampai harga mutlak " mendengar hal itu saya kembali bertanya " terus kamunya bisa nggak...?? " dan adik saya mengejutkan saya karena dia menjawab " masih bingung, kata gurunya dipelajari lagi dirumah ".

Jawaban adik saya membuat saya bertanya " tugas guru itu apa...?? " kalau segala sesuatu bisa diselesaikan dirumah, kenapa adik saya harus sekolah....?? Silakan koreksi saya kalau saya salah, karena saya hanya melihat fakta bahwa terkadang guru tidak peduli dengan kesulitan muridnya. Bisa tidak bisa yang penting mengikuti urusan nilai mah nanti, tapi giliran nilainya jelek langsung ditegur tanpa mempedulikan kalau dia sendiri secara tidak langsung sudah lepas tanggung jawab dan melanggar sumpah profesinya.

Itukan menjadi kesalahan, alasan kenapa kita kekurangan orang cerdas itu karena sistem pendidikan yang kita pakai kurang tepat dan tenaga pengajarnya juga kurang profesional dalam memahami karakter anak didiknya. Ya kalau leluhur kita yang kurang pendidikan saja mampu bertahan hidup dengan cara mereka sendiri, masa kita yang berpendidikan masih mengharapkan dan mengandalkan orang lain....?? Saya rasa pertanyaan ini sebaiknya diterapkan pada diri kita agar kita mampu mengenali dimana letak kesalahan kita. Dan kalau menurut saya semua ini karena kita terlalu banyak mempelajari teori tapi praktiknya jarang. Ambilah contoh ilmu ekonomi yang penting bagi kehidupan dan banyak dipelajari disekolah. Ekonomi itu apa sih...?? Produksi, Konsumsi, dan Distribusi. Prinsip dasarnya kan berkutat pada 3 hal tersebut. Tapi kenapa setelah lulus kita masih sering gagal dalam mencari uang dan membangun usaha padahal nilai ekonomi kita bagus....?? Itu juga jadi pertanyaan yang harus dipertanyakan.

Kalau sudah begitu kan 12 tahun sekolah itu tidak ada artinya karena orang yang terdidik tidak lebih baik dari yang tidak berpendidikan. Jangan sampai 12 tahun sekolah hanya membuang waktu percuma karena tidak adanya kemampuan improvisasi dalam diri terutama dalam hal menata kehidupan. Satu pertanyaan terakhir dalam point ini, apa gunanya pelajaran Wirausaha kalau setelah lulus kamu larinya tetap ke Jakarta dan Cikarang juga...?? Coba sekolah kita menciptakan program Wirausaha yang pegawainya siswa/siswi dari sekolah itu sendiri, pasti itu bisa memberi lebih banyak motivasi dan dapat menciptakan pelajar yang lebih unggul dibandingkan dengan sekolah yang hanya mencekoki pelajarnya dengan teori yang bikin sakit kepala.

Berikutnya kita mulai kupas point kedua yaitu : kita tidak punya konsep dan tujuan dalam arti belajar yang sebenarnya. Belajar itu apa sih...?? Kalau dalam KBBI belajar itu berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dilihat dari artinya saja belajar itu berarti berusaha memperbaiki diri, dari yang dulunya bodoh menjadi pintar dan dari yang dulunya biasa saja jadi luar biasa. Berdasarkan arti dari kata belajar tadi, kita dapat memikirkan satu pemikiran sederhana yaitu mengubah yang tidak bisa menjadi bisa.

Dan yang jadi pertanyaannya adalah " bagaimana cara mengubah yang tidak bisa menjadi bisa jika kepribadian individu itu berbeda...?? " hal yang paling banyak ditanyakan kepada saya ketika saya berbicara dengan pelajar adalah " berapa lama untuk menguasai materi...??, bagaimana cara agar tidak bosan saat belajar...??, dan bagaimana cara agar kita bisa menyukai suatu materi...?? ". 3 pertanyaan itu adalah pertanyaan paling umum bagi saya karena baik keluarga, teman2, dan anak didik saya sangat sering sekali menanyakan 3 pertanyaan tersebut. Lalu, apa jawaban saya...??

Pada pertanyaan pertama saya akan menjawab " kemampuan individu itu berbeda, baik dari segi daya tangkap maupun imaginer individu itu tak sama. Maka dari itu kalau kamu bertanya berapa lama untuk menguasai suatu materi, maka jawaban saya adalah subjektif " jadi pertanyaan yang sebenarnya adalah " seberapa besar niat kamu dalam belajar...?? " Ya kalau kamu dalam kurun waktu 1-2 bulan saja sudah menyerah hanya karena belum paham, bagaimana bisa kamu berpikir kamu mampu menguasai hal itu dijenjang berikutnya dengan harapan kamu akan mendapat pembimbing yang lebih baik yang bisa memudahkan kamu...??. Pada pertanyaan pertama ini saya akan tegaskan kalau pembimbing itu memang penting. Tapi niat kamulah yang menentukan bisa tidaknya dirimu dalam menguasai suatu materi.

Berikutnya, " bagaimana cara agar tidak bosan saat belajar...?? " bosan dalam belajar itu wajar, saya juga sering merasa bosan ketika sedang belajar dan cara saya mengatasi rasa bosan itu dengan mendengarkan musik dan memakan makanan ringan. Pada pertanyaan ini saya akan menegaskan bahwa " waktu bukan faktor utama yang dapat membuat kamu pandai " bahkan dosen saya juga pernah berkata kepada saya " seorang siswa tidak dilihat dari berapa lama ia meluangkan waktu untuk belajar. Tapi, seberapa cepat ia dapat memahami suatu materi yang ada " artinya, pelajar yang baik adalah pelajar yang cepat paham dan bukan yang duduk 24 jam didepan meja belajar. Dari situ kita bisa ambil kesimpulan kalau belajar itu tidak perlu lama, cukup 5 menit sehari asal konsisten pasti ada hasil. Dan ingat, belajar bukan hanya disekolah. Kalau kamu bosan belajar disekolah maka belajarlah diluar sekolah, karena dimanapun kamu belajar hasilnya pasti sama.

Saya akan memberi tahu satu metode yang saya terapkan pada anak didik saya. Perhatikan kata2 saya tadi, kalau belajar bukan hanya disekolah. Ya, belajar itu bisa dimana saja baik dijalan, rumah makan, bahkan kuburan sekalipun bisa kita jadikan tempat belajar selama kita masih ada niat untuk belajar. Saya sudah memberitahu bahwa belajar bukan hanya disekolah, dan sesuai janji saya. Saya akan memberitahu metode atau cara agar kita bisa lebih cepat paham dan lebih banyak dapat ilmu. Cara yang saya gunakan itu sederhana karena saya hanya meminta agar anak didik saya mau meningkatkan rasa penasaran mereka. Mungkin ini terdengar sepele tapi satu hal yang saya pahami ketika saya belajar " rasa penasaran mampu membuka daya imaginer " saya akan ambil contoh sederhana, disekolah kita diajarkan bahasa Inggris dimulai dari hafalan kata, membuat kalimat, sampai belajar menggunakan pemakaian kalimat berdasarkan ketepatan waktu ( tenses ) sebelum belajar tenses, sebaiknya kita tingkatkan rasa penasaran kita pada kata2 dalam bahasa Inggris terlebih dahulu agar kita bisa merangkai kalimat yang lebih baik. Sebagai contoh, kata " Vanquish " dan " Conqueror " punya arti sama yaitu mengalahkan/menaklukan. Jika keduanya punya arti sama, lantas kenapa harus ada 2 kata berbeda...?? Kalian lihat, jika kalian punya rasa penasaran pada 2 kata berbeda namun punya arti sama. Sadar atau kalian akan mulai bertanya kenapa kedua kata itu ada dan dibagian mana penggunaannya agar sesuai dengan aturan yang ada...?? Dan dari pertanyaan itulah kalian akan dapat merangkai kalimat sempurna yang mana itu akan membuat kalian lebih unggul dari pelajar lainnya.

Satu hal yang perlu diperhatikan, ketika kita sudah punya rasa penasaran. Maka cepat atau lambat rasa bosan itu akan hilang tergantikan oleh rasa penasaran karena rasa penasaran itu pada dasarnya seperti kebutuhan yang akan terus bertambah. Dan jika sudah begitu, belajar tidak akan terasa membosankan.

Terakhir, " bagaimana cara agar kita menyukai suatu materi...?? " mungkin ini yang paling sering dipertanyakan dan mendapat berjuta jawaban. Jika ditanya " bagaimana cara agar menyukai suatu materi...?? " jawaban saya sederhana. Untuk menyukai suatu hal ada 2 rasa yang harus dimiliki yaitu perasaan senang dan perasaan memahami. Yang saya maksud dengan perasaan senang adalah perasaan yang membuat kita nyaman, berulang kali saya katakan bahwa rasa nyaman saat belajar dapat membuat kita lebih cepat menyerap materi. Tapi sebaliknya, kalau kita merasa tidak nyaman misal karena guru yang galak atau kondisi kelas yang kurang kondusif maka sadar atau tidak kita akan kesulitan menyerap materi karena pikiran kita selalu berusaha meninggalkan kelas. Bagaimana cara menciptakan rasa nyaman...?? Jawabannya yaitu kita harus belajar mengetahui kebutuhan kita, tidak masalah kamu kesulitan disekolah. Selama kamu tahu kebutuhan belajar yang sesuai dengan kamu dan bisa kamu terapkan dengan baik kamu pasti bisa mengikuti yang lainnya. Berikutnya adalah rasa memahami. Ya, biasanya orang akan lebih dulu mengabaikan atau bahkan membenci sesuatu ketika dia tidak memahami fungsi atau kegunaannya. Misal kamu membenci MTK karena kamu merasa malas menghitung, tapi jika kamu punya minat bekerja di Bank karena gajinya lumayan. Maka sadar atau tidak kamu akan mulai belajar MTK karena kamu tahu kalau bekerja di Bank membutuhkan kepandaian dalam berhitung.

Jadi, untuk menyukai suatu pelajar itu dibutuhkan 2 hal yaitu : pertama kamu harus nyaman dengan apa yang kamu pelajari dan kedua kamu harus paham dengan apa yang kamu pelajari. Kalau kamu sudah nyaman dan paham apa fungsi dari apa yang kamu pelajari, maka cepat atau lambat kamu akan meningkatkan minat belajar kamu baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Kesimpulan penyelesaian masalah " kita tidak punya konsep dan tujuan dalam arti belajar yang sebenarnya " adalah : belajar itu sebuah kebutuhan dan yang namanya kebutuhan itu harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh orang yang membutuhkannya. Dan untuk menjadi pelajar yang baik kita harus paham dengan kebutuhan kita agar kita tidak terjebak oleh sistem yang tidak cocok dengan diri kita. Disekolah manapun pasti ada siswa yang merasa tidak nyaman, tapi siswa yang hebat adalah siswa yang mampu mengatasi ketidaknyamanannya.

Inti dari ini semua adalah : kita harus mampu mengenali siapa diri kita dan kemampuan kita sebagai pelajar. Jika kita bisa mengenali diri kita, maka kita akan mampu menciptakan kondisi yang lebih baik untuk diri kita. Ingat, jika kita mampu menciptakan kondisi yang sesuai dengan diri kita, maka kita pasti bisa menjadi pribadi yang lebih baik karena kita bisa menjadi pelajar yang dapat berimprovisasi dan melampaui batas sekolah karena sistem monoton. Terus cari dan tingkatkan kemampuan dengan praktik nyata, bukan hanya dengan duduk didepan meja. Dan yang sudah mampu jangan dulu merasa bangga, karena jika kamu merasa hanya karena nilai sempurna. Karya macam apa yang mampu kamu ciptakan sehingga kamu berani menyombongkan diri....??



Dan ingat, dalam belajar kita harus paham dan punya rasa penasaran terhadap apa yang kita pelajari. Karena tingkat pemahaman dan rasa penasaran sederhanalah yang akan menuntun kita menjadi pelajar yang lebih baik. Jangan sampai 12 tahun sekolah menjadi pemborosan waktu percuma karena kita tidak paham dengan apa yang kita pelajari disekolah, sehingga kita tidak mampu menerapkannya pada kehidupan kita. Dan jangan sampai kita menjadi Sarjana bodoh karena menganut paham sekolah itu asal lulus padahal otaknya lebih bodoh dari yang berjenjang lebih rendah. Hanya karena kamu Sarjana, bukan berarti kamu lebih pandai dari anak SMA/SMK. Oke, itu saja yang bisa saya sampaikan. Kurang dan lebihnya saya minta maaf, dan atas kesetiannya saya ucapkan terima kasih.